Indonesia, negeri dimana kita dilahirkan dan inilah negeri yang
menakjubkan. Tempat dimana ada banyak hal akan Kamu temukan di kepulauan
hijau nan indah yang disebut sebagai zambrud khatulistiwa ini. Sebuah
negeri yang menawan dengan pesona keanekaragaman alam dan budaya,
berpadu bersama masyarakatnya yang ramah dan mampu memberi kesan
mendalam.
Oleh karena itu, mari kita jaga dan lestarikan negara kita ini dengan
rasa cinta dan bangga kami Indonesia..
Kota Bandung "Parijs Van Java-nya" Indonesia.
Bandung not just a City, It's a Home, It's a Story, It's a History...
Begitulah sebuah ungkapan yang mungkin dapat saya definisikan tentang
sebuah Kota dimana tepat 21 tahun yang lalu saya dilahirkan. Ya betul
memang Bandung mempunyai cerita dan sejarah tersendiri bagi saya pribadi
dan mungkin bagi semua masing - masing warga Bandung yang memiliki
chemistry dan kecintaan terhadap Kota yang dijuluki "Paris Van Java"
ini.
Pada kesempatan kali ini saya ingin share kembali beberapa hal menarik
dari kota yang satu ini, khususnya yang muncul pertanyaan dari benak
saya mengapa Kota Bandung itu dijuluki "Paris Van Java". Jawaban
sederhana yang mungkin merupakan jawaban teman-teman juga adalah "ya
Bandung mungkin mirip dengan Kota Paris di Prancis" atau mungkin "Dulu
banyak mungkin orang-orang Eropa yang singgah di Bandung dengan membawa
kulturnya sehingga suasana Bandung seperti di Paris". Dari pada terlalu
banyak menerka-nerka saya akan mencoba memberikan informasi yang lebih
mendetail lagi mengapa sih kota Bandung di juluki "Paris Van Java" ??
Parijs
van Java, telah menjadi satu predikat yang tidak dapat dilepaskan dari
Bandung. Sejarah menyatakan bahwa predikat tersebut diberikan oleh warga
Eropa yang bermukim di Indonesia semenjak jaman kolonial Belanda, dan
menjadikan Parijs van Java sebagai pusat kegiatan mereka, mulai dari
kegiatan politik, intelektual, kesenian, budaya, hingga hiburan dan
rekreasi. Hingga kini, Bandung tetap menjalankan fungsi – fungsi
tersebut. Sebagai ibukota Propinsi Jawa Barat, Bandung menjalankan
fungsinya sebagai pusat kegiatan politik di Jawa Barat. Keberadaan
beberapa institusi pendidikan terkemuka, menjadikan Bandung sebagai
pusat kegiatan intelektual. Banyaknya musisi dan tokoh seni terkemuka
yang berasal dan bermukim di Bandung, merupakan bukti nyata keberadaan
Bandung sebagai pusat kesenian dan budaya. Tingginya tingkat kunjungan
masyarakat dari luar kota Bandung serta maraknya bisnis hiburan,
rekreasi hingga perbelanjaan di Bandung, merupakan fakta yang menunjukan
bahwa Bandung masih menjadi salah satu primadona hiburan dan rekreasi.
Kota Bandung sejak dahulu dikenal sebagai kota yang memiliki beragam kekhasan yang memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Di era 80-an, Bandung dikenal dengan kelom geulis – nya. Di era 90-an, sentra sepatu Cibaduyut dan sentra Jeans Cihampelas mulai menjadi primadona pusat kunjungan dan belanja bagi masyarakat Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan keberadaan Cibadak Mall, yang menyediakan sandang import dengan harga yang relatif murah. Dan kini, Bandung dikenal sebagai surga belanja bagi masyarakat Indonesia dengan menjamurnya factory-factory outlet yang menjual sandang sisa eksport dengan harga yang sangat kompetitif. Di luar itu, Peuyeum, Oncom, Keripik, Batagor, hingga molen dan brownies, menjadi buah tangan favorit yang selalu dicari oleh pengunjung kota Bandung. Berbagai komponen yang ada di kota Bandung, mulai dari jajanan hingga café, rumah kost hingga property, selalu menjadi objek perhatian masyarakat.
Kenyataan bahwa Bandung telah menjadi salah satu pusat kunjungan yang tidak pernah mati, sangat tidak dapat dipungkiri. Fakta menunjukan bahwa puluhan bahkan ratusan bus, selalu memenuhi tempat parkir pusat – pusat perhatian di kota Bandung, pada akhir minggu. Di hari libur, kemacetan merupakan satu tradisi, baik di dalam kota Bandung, maupun pada setiap akses jalan yang menuju Bandung. Hal tersebut menimbulkan dampak persaingan yang semakin kompetitif antar pusat – pusat perhatian di Bandung.
Kota Bandung sejak dahulu dikenal sebagai kota yang memiliki beragam kekhasan yang memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Di era 80-an, Bandung dikenal dengan kelom geulis – nya. Di era 90-an, sentra sepatu Cibaduyut dan sentra Jeans Cihampelas mulai menjadi primadona pusat kunjungan dan belanja bagi masyarakat Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan keberadaan Cibadak Mall, yang menyediakan sandang import dengan harga yang relatif murah. Dan kini, Bandung dikenal sebagai surga belanja bagi masyarakat Indonesia dengan menjamurnya factory-factory outlet yang menjual sandang sisa eksport dengan harga yang sangat kompetitif. Di luar itu, Peuyeum, Oncom, Keripik, Batagor, hingga molen dan brownies, menjadi buah tangan favorit yang selalu dicari oleh pengunjung kota Bandung. Berbagai komponen yang ada di kota Bandung, mulai dari jajanan hingga café, rumah kost hingga property, selalu menjadi objek perhatian masyarakat.
Kenyataan bahwa Bandung telah menjadi salah satu pusat kunjungan yang tidak pernah mati, sangat tidak dapat dipungkiri. Fakta menunjukan bahwa puluhan bahkan ratusan bus, selalu memenuhi tempat parkir pusat – pusat perhatian di kota Bandung, pada akhir minggu. Di hari libur, kemacetan merupakan satu tradisi, baik di dalam kota Bandung, maupun pada setiap akses jalan yang menuju Bandung. Hal tersebut menimbulkan dampak persaingan yang semakin kompetitif antar pusat – pusat perhatian di Bandung.
Gedung Sate yang dirancang oleh Arsitek kenamaan asal Belanda "Ir. J. Gerber" |
Asal Nama Parijs van Java
Kota Bandung dikenal sebagai “Parijs van Java” pertama kali pada sekitar tahun 1920 – 1925. Pada saat itu, kota Bandung sedang giat-giatnya dibangun menjadi sebuah pemukiman yang indah dan lengkap dengan sarana-sarana untuk memenuhi kebutuhan warganya. Warga Eropa yang tinggal di Bandung tetap mempertahankan suasana lingkungan kehidupannya di tengah-tengah masyarakat pribumi, baik rumah tinggalnya, gaya hidup, menu makanan maupun cara berpakaiannya sehari-hari.
Kota Bandung dikenal sebagai “Parijs van Java” pertama kali pada sekitar tahun 1920 – 1925. Pada saat itu, kota Bandung sedang giat-giatnya dibangun menjadi sebuah pemukiman yang indah dan lengkap dengan sarana-sarana untuk memenuhi kebutuhan warganya. Warga Eropa yang tinggal di Bandung tetap mempertahankan suasana lingkungan kehidupannya di tengah-tengah masyarakat pribumi, baik rumah tinggalnya, gaya hidup, menu makanan maupun cara berpakaiannya sehari-hari.
Kota Bandung tempo doeloe menjadi dikenal sebagai “Parijs van Java”
ketika mulai diadakan “Bursa Tahunan” (Jaarbeurs) di sebuah komplek di
jalan Aceh. “Jaarbeurs” ini merupakan pasar malam dengan berbagai macam
acara dan tontonan, seperti teater sandiwara dan musik yang
diselenggarakan setiap tahun pada bulan Juni – Juli. Tidak hanya itu
saja. Jalan Braga yang terletak di kota Bandung pun terkenal sebagai
pusat belanja dan tempat memajang pakaian model terbaru dari Paris saat
itu. Di jalan tersebut juga sering diadakan pertunjukan kesenian setiap
malam tertentu. Oleh karena suasana kota Bandung saat itu yang begitu
gemerlap dengan suasana ke-eropaan-nya, baik di siang maupun malam hari,
mungkin orang jadi menyebutnya sebagai kota Paris dari Jawa (Paris of
Java atau Parijs van Java).
Sudah terjawabkan pertanyaan mengapa Bandung dijuluki "Parijs Van Java", semoga artikel ini menambah pengetahuan baru bagi teman-teman. Bahwa selain kita mencintai kota Bandung ini, tidak ada salahnya kita tidak melupakan sejarah yang telah menjadi identitas dan membesarkan kota ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar